mic Quotes
Menjadi Sahabat Wanita dan Anak Aceh
Pernah membayangkan menjadi pengungsi? Menjadi pengungsi bukanlah pilihan. Tidak ada orang yang mau menjadi salah satu pengungsi jika mereka ditanya satu per satu. Tentunya bukan kelezatan yang dirasakan oleh mereka yang mengungsi di Aceh, melainkan ketidakserba-enakan. Bayangin aja! Kita harus tinggal di kamp-kamp atau barak-barak terbuka yang tidak dilengkapi fasilitas apapun. Tidak ada makanan, tempat tidur, pakaian, buku-buku apalagi TV. Bahkan, untuk melakukan hajat pun tidak bisa. Hidup serbakekurangan karena begitulah adanya.
Menjadi sahabat buat kaum pengungsi, khususnya bagi kaum perempuan dan anak tentunya harus memiliki keahlian khusus. Tidak mudah untuk menemani hari-hari kaum pengungsi. Di antara kesedihan dan kepedihan mereka dalam menghadapi ujian bencana gempa bumi dan tsunami, kehilangan harta-benda, dokumen-dokumen penting bahkan orang-orang yang sangat merek cintai bukanlah hal mudah untu melupakan begitu saja kejadidan tersebut. Tsunami telah berlalu, tapi bekas-bekasnya masih terasa di dalam benak dan rekaman orang-orang Aceh. Tak sedikit mereka yang mengalami trauma, bahkan masih dihantui oleh bayangan tsunami yang melanda mereka. Melihat airpun terkadang menjadi suatu momok bagi mereka.
Seorang sahabat memang harus merasakan penderitaan di kala senang maupun susah. Ikut menyelami apa yang dirasakan kaum pengungsi bukanlah mudah. Menjalin ikatan hati di antara mereka yang masih terluka memiliki seni tersendiri. Ikut merasakan apa yang dirasakan mereka, berpartisipasi aktif dalam kegiatan mereka. Bahkan, menjadi fasilitator bagi kaum perempuan dan anak
Fase anak-anak adalah fase bermain dan bersenang-senang. Mereka bisa jdi bersedih dengan kejdian yang ada. Tapi, karena kepolosan hati dan kesucian hati mereka, mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi. Yang jelas, mereka sudah tidak mempunyai orang taua, bahkan sanak famili yang akan merawat mereka. Di tengah badai yang melanda meeka tetap anak-anak yang memerlukan uluran kasih, sentuhan dan belaian. Meraka juga butuh suasana ceria
Pernah membayangkan menjadi pengungsi? Menjadi pengungsi bukanlah pilihan. Tidak ada orang yang mau menjadi salah satu pengungsi jika mereka ditanya satu per satu. Tentunya bukan kelezatan yang dirasakan oleh mereka yang mengungsi di Aceh, melainkan ketidakserba-enakan. Bayangin aja! Kita harus tinggal di kamp-kamp atau barak-barak terbuka yang tidak dilengkapi fasilitas apapun. Tidak ada makanan, tempat tidur, pakaian, buku-buku apalagi TV. Bahkan, untuk melakukan hajat pun tidak bisa. Hidup serbakekurangan karena begitulah adanya.
Menjadi sahabat buat kaum pengungsi, khususnya bagi kaum perempuan dan anak tentunya harus memiliki keahlian khusus. Tidak mudah untuk menemani hari-hari kaum pengungsi. Di antara kesedihan dan kepedihan mereka dalam menghadapi ujian bencana gempa bumi dan tsunami, kehilangan harta-benda, dokumen-dokumen penting bahkan orang-orang yang sangat merek cintai bukanlah hal mudah untu melupakan begitu saja kejadidan tersebut. Tsunami telah berlalu, tapi bekas-bekasnya masih terasa di dalam benak dan rekaman orang-orang Aceh. Tak sedikit mereka yang mengalami trauma, bahkan masih dihantui oleh bayangan tsunami yang melanda mereka. Melihat airpun terkadang menjadi suatu momok bagi mereka.
Seorang sahabat memang harus merasakan penderitaan di kala senang maupun susah. Ikut menyelami apa yang dirasakan kaum pengungsi bukanlah mudah. Menjalin ikatan hati di antara mereka yang masih terluka memiliki seni tersendiri. Ikut merasakan apa yang dirasakan mereka, berpartisipasi aktif dalam kegiatan mereka. Bahkan, menjadi fasilitator bagi kaum perempuan dan anak
Fase anak-anak adalah fase bermain dan bersenang-senang. Mereka bisa jdi bersedih dengan kejdian yang ada. Tapi, karena kepolosan hati dan kesucian hati mereka, mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi. Yang jelas, mereka sudah tidak mempunyai orang taua, bahkan sanak famili yang akan merawat mereka. Di tengah badai yang melanda meeka tetap anak-anak yang memerlukan uluran kasih, sentuhan dan belaian. Meraka juga butuh suasana ceria
Sponsored Links
|
|
0 komentar:
Posting Komentar